CNN Indonesia | Senin, 07/12/2020 20:03 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan AS untuk membangun pabrik gasifikasi batu bara. Mereka menyatakan tak mengeluarkan biaya investasi dalam proyek pembangunan pabrik itu.
“Dalam proyek ini, baik Pertamina atau PTBA tidak mengeluarkan investasi untuk pembangunan processing company. Ini semua dilakukan investor,” kata Direktur Utama PTBA Arvian Arifin dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, dikutip dari Antara pada Senin (7/12).
Lebih lanjut, ia menyebut pihaknya memilih opsi untuk mendapatkan kepemilikan 40 persen saham dalam proyek tersebut.
Arvian mengatakan PTBA, Pertamina dan perusahaan dari AS, Air Products and Chemicals Inc akan bekerja sama dalam proyek pabrik gasifikasi batu bara senilai US$2,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun.
Dia bilang dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi DME itu, PTBA akan berperan sebagai pemasok batu bara, penyedia infrastuktur dan lahan di kawasan Tanjung Enim, Sumatera Utara.
Sementara Pertamina menjadi offtaker atau pembeli DME yang dihasilkan. Adapun Air Products merupakan investor dan penyedia teknologi dalam pembangunan pabrik.
“Air Products akan membangun pabrik gasifikasi ini dari A-Z. Kita tidak keluar biaya investasi. Tapi Pertamina dan PTBA punya opsi untuk memiliki 40 persen saham setelah project COD (Commercial Operation Date) dan menghasilkan DME terbukti setelah satu tahun COD. Opsi 40 persen porsi saham ini dibeli sesuai dengan ketetapan investasi awal,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Indonesia saat ini masih mengimpor 7 juta ton LPG per tahun yang mengambil porsi devisa cukup besar.DME sendiri, lanjutnya, dinilai punya nilai tambah tinggi sebagai produk hilirisasi batu bara karena dapat digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti LPG.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa kapasitas pabrik diproyeksikan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun atau setara dengan pengurangan 1 juta ton impor LPG per tahun.
“Soal timeline-nya, kami sudah susun, kalau ini berjalan lancar, akhir tahun ini kami akan tanda tangani perjanjian kerja sama antara PTBA, Pertamina dan Air Products. Diharapkan segala proses, EPC, konstruksi dan lainnya pabrik akan beroperasi pada kuartal II 2024,” katanya.
Menurut dia, proyek pembangunan pabrik gasifikasi akan memberi banyak manfaat mulai dari masuknya investasi asing, pemanfaatan batu bara kalori rendah yang digunakan sebagai bahan baku proses gasifikasi, pengurangan impor LPG, penghematan devisa hingga dampak ganda ekonomi di daerah tempat pabrik akan dibangun.
“Terutama lagi adalah meningkatkan ketahanan energi nasional. Kita tidak tergantung pada impor LPG. kalau terjadi sesuatu di pasar LPG internasional, kita relatif aman. Jadi kemandirian energi akan terwujud dengan adanya industri ini,” tutupnya.
(wel/agt)