MARKET – Tirta Citradi, CNBC Indonesia 09 February 2021 09:40

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara ditutup dengan apresiasi pada perdagangan kemarin, Senin (8/2/2021). Harga kontrak futures (berjangka) ICE Newcastle naik US$1 atau 1,19% ke US$ 85/ton.

Minggu lalu harga kontrak batu bara yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka ini sempat anjlok ke bawah US$ 80/ton. Kendati mengalami volatilitas yang tajam, harga kontrak batu bara masih menguat hampir 4% di sepanjang tahun 2021.

Beberapa katalis positif yang memicu tren kenaikan harga batu bara sejak bulan Oktober tahun lalu adalah sentimen commodity supercycle, geliat ekonomi China dan ketatnya pasokan Negeri Panda. Kenaikan harga batu bara global juga turut mengerek harga dan saham batu bara domestik ikut menguat.

Untuk bulan Februari, harga batu bara acuan RI mengalami kenaikan yang tajam ke posisi US$ 87,79 per ton, atau naik 15,75% dari posisi bulan Januari 2021 yang dipatok di US$ 75,84/ton.

Tren penguatan harga batu bara sejak bulan Oktober 2020 juga membuat harga saham-saham emitennya bergerak naik. Bahkan ada beberapa saham yang memberikan imbal hasil yang tebal.

Untuk pertama kalinya hampir dalam dua tahun terakhir harga batu bara tembus US$ 90/ton. Rekor harga ini juga membuat harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang terkenal anteng mulai berdenyut dan tak lagi datar.

Namun secara teknikal, saham-saham batu gara yang banyak ditransaksikan (likuid) cenderung membentuk pola double top. Pola ini mengindikasikan bahwa harga suatu aset akan cenderung bergerak downtrend (bearish).

Walaupun volatilitas harga batu bara tinggi, secara rata-rata harga si batu legam bakal lebih tinggi dibading tahun 2020. Kenaikan harga batu bara akan menjadi katalis positif bagi kinerja keuangan emiten maupun pergerakan sahamnya.

Apalagi saat China memboikot produk batu bara Australia karena berseteru membuat konsumen batu bara terbesar di dunia itu semakin condong ke Tanah Air.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)