CNN Indonesia | Kamis, 09 Dec 2021 11:36 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) Desember 2021 US$159,79 per ton. Harganya anjlok US$55,22 per ton atau 25,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya, US$215,01 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan penurunan harga batu bara dipengaruhi oleh intervensi kebijakan Pemerintah China dalam menjaga kebutuhan batu bara domestik.

“Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan produksi batu bara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batu bara domestik Tiongkok serta kebijakan pengaturan harga batubara oleh pemerintah setempat,” kata Agung dalam keterangan resmi, Rabu (8/12).

Agung menambahkan penurunan HBA bulan ini juga disebabkan oleh pasar kembali melirik energi fosil di luar batu bara. Sebelumnya, batu bara menjadi komoditi incaran pengganti gas dan bumi saat harganya naik di tengah krisis energi.

“Peralihan penggunaan batu bara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai ter-recovery,” jelasnya.

Penurunan HBA Desember sendiri merupakan kali pertama sejak Maret lalu. Pada awal Januari, HBA tercatat US$75,84 per ton. HBA naik pada Februari ke US$87,79 per ton lalu turun di Maret ke US$84,47 per ton.

Selanjutnya, HBA terus menanjak secara beruntun hingga menyentuh US$215,01 per ton pada November 2021. Rinciannya, April US$86,68 per ton, Mei US$89,74 per ton, Juni US$100,33 per ton, Juli US$115,35 per ton, Agustus US$130,99 per ton, September US$150,03 per ton, dan Oktober US$161,63 per ton.

Sebagai informasi, HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt’s 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, penawaran dan permintaan. Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh musim, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasok seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara, untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

HBA Desember akan digunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) selama satu bulan ke depan.

(sfr/agt)