MARKET – mae, CNBC Indonesia | 13 June 2023 06:57
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara jeblok mengikuti ambruknya harga gas. Namun, kabar positif dari India dan Inggris diharapkan bisa mengerek harga batu bara ke depan.
Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (12/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 140 per ton. Harganya anjlok 2,57%.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif pasir hitam yang juga melemah pada Jumat pekan lalu. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah ambruk 3,11%.
Harga batu bara melemah setelah harga gas ambruk. Batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya juga dipengaruhi oleh gas.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) jeblok 3,2% kemarin menjadi 31,04 euro per mega-watt hour (MWh). Padahal, harganya terbang 19% pada Jumat pekan lalu.
Harga gas ambles di tengah aksi profit taking serta berkurangnya kekhawatiran mengenai pasokan.
Harga batu bara tetap melemah meskipun banyak faktor positif yang menopang pergerakannya kemarin. Di antaranya dari India dan Inggris. Kabar dari India dan Inggris diharapkan bisa menopang pergerakan harga batu bara ke depan.
Kementerian Listrik India, Senin (12/6/2023), mengumumkan mengenai kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang.
Produksi dengan kapasitas penuh tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah suhu udara yang terus meningkat.
Wilayah India bagian tengah, utara, dan barat daya menghadapi gelombang panas sejak pekan lalu dengan suhu menembus 42-44 derajat Celcius.
Gelombang panas diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa hari ke depan.
Operasi dengan kapasitas penuh sebenarnya sudah dimandatkan sejak Februari dan berakhir ada 15 Juni tahun ini. Pemerintah India kemudian melanjutkan mandat ini hingga 30 September mendatang.
Penggunaan listrik di India diperkirakan akan mencapai 221 gigawatts (GW) pada Mei, dari 216 GW pada April karena meningkatnya penggunaan pendingin ruangan di tengah gelombang panas.
India bahkan mencatatkan penggunaan listrik hingga 223 GW pada 9 Juni lalu yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.
Perpanjangan mandat ini diperkirakan akan meningkatkan penggunaan batu bara impor ke depan. India juga akan menghadapi musim hujan pada beberapa bulan ke dean yang akan membuat produksi batu bara menurun.
Kedua faktor tersebut diperkirakan membuat impor batu bara menanjak ke depan.
Sementara itu, Operator Sistem Listrik Inggris National Grid ESO, mengeluarkan perintah kepada Uniper untuk menghidupkan pembangkit batu bara mereka, kemarin. Uniper adalah pemilik pembangkit batu bara Ratcliffe-on-Soar di Nottinghamshire. Langkah tersebut dilakukan guna mengantisipasi lonjakan penggunaan listrik seiring kenaikan suhu udara
Speedwell Weather menunjukkan suhu udara di Inggris sudah naik hingga 5,6 derajat Celcius di atas rata rata. Suhu di beberapa wilayah di Inggris juga mencapai 30 derajat Celcius.
Pasokan gas yang menipis serta produksi listrik tenaga angina yang rendah membuat Inggris tak punya pilihan selain menghidupkan pembangkit batu bara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com
(mae/mae)