CNN Indonesia | Sabtu, 06 Agu 2022 14:17 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — China merupakan salah satu negara pengimpor batu bara terbesar Indonesia. Padahal negara tersebut memiliki cadangan emas hitam terbesar di dunia, bahkan melebihi RI.
Negeri Tirai Bambu memiliki cadangan batu bara sebesar 149,8 miliar ton atau sekitar 13 persen dari total cadangan dunia. Hal ini menjadikan China sebagai produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia.
Wilayah penghasil batu bara terbanyak di China berada di wilayah Utara, tepatnya di Provinsi Shanxi dan Mongolia Dalam.
Menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) China, produksi batu bara di negara itu mencapai 4,07 miliar ton pada 2021. Angka ini meningkat 4,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Nyatanya, meski pasokannya melimpah, China masih impor batu bara dari Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor batu bara RI ke China sepanjang tahun lalu mencapai 108,48 juta ton. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 2012-2021.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan kualitas batu bara RI yang memiliki kalori lebih rendah dan mengandung sulfur menjadi alasan mengapa China impor dari Indonesia.
Batu bara Indonesia, kata dia, dicampurkan dengan batu bara produksi China untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sana.
“Batu bara China kebanyakan kalorinya tinggi, jadi mereka kadang blending. Karena kualitas batu abra kita selain kalori rendah juga ada sulfurnya, kadar sulfurnya yang serasi dengan teknologi blending mereka di sana,” kata Hendra kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (6/8).
Selain itu, biaya impor batu bara dari Indonesia lebih murah dibandingkan memasok batu bara dari China sendiri. Hendra mengatakan produksi batu bara China yang berada di utara membuat harga logistiknya lebih mahal.
Pasalnya, Pengembangan ekonomi mereka berada di kawasan selatan dan timur seperti di Guangdong dan Shanghai.
“Untuk mengangkut itu butuh biaya logistik yang tidak murah, jadi lebih murah angkut batu bara Indonesia ke sana,” kata Hendra.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut China masih impor batu bara dari Indonesia karena produksi mereka belum mencukupi total kebutuhan.
Ia mengatakan kebutuhan batu bara domestik China mencapai 4,5 miliar ton per tahun. Sementara produksi China hanya mencapai 4 miliar hingga 4,2 miliar ton per tahun.
“Sehingga China masih impor 0,3 miliar ton, di mana 60 persen berasal dari Indonesia,” kata Fabby.
Sepakat dengan Hendra, Fabby juga mengatakan ongkos logistik untuk mengangkut batu bara dari pusat produksinya di wilayah utara ke wilayah selatan dan tenggara cukup mahal.
Selain itu, pemerintah China juga mengontrol produksi batu bara untuk mengendalikan dampak lingkungan dari tambang. Oleh karena itu, pemerintah sangat hati-hati memberikan izin pembukaan tambang dan produksi batu bara baru demi menambal kekurangan.
(mrh/isn)