MARKET – Tirta Citradi, CNBC Indonesia | 17 July 2020 11:12
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara untuk kontrak yang ramai ditransaksikan di pasar gagal menguat lebih lanjut. Pada perdagangan kemarin harga batu bara kontrak Newcastle turun 1,26% ke US$ 54,8/ton.
Kenaikan harga batu bara pekan ini tak terlepas dari kabar positif yang datang dari China. Komisi Reformasi dan Pembangunan China (NDRC) dikabarkan berencana melonggarkan kuota impor batu bara China.
NDRC mengalami dilema ketika harga batu bara domestik China menguat, laba perusahaan utilitas tergerus. Sehingga ada opsi untuk melonggarkan kebijakan impor serta mendorong para penambang batu bara lokal untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan.
Harga batu bara domestik China untuk acuan Qinhuangdao diperdagangkan di RMB 592 atau US$ 85,43/ton. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga batu bara Newcastle.
Harga batu bara domestik Negeri Panda telah terkerek naik oleh peningkatan permintaan saat musim panas, kuota impor yang mulai kadaluwarsa dan pemangkasan output domestik.
Kuota impor pada beberapa pelabuhan China sudah kadaluwarsa untuk tahun 2020 ini, sehingga memaksa perusahaan utilitas untuk bertumpu pada pasokan domestik untuk restocking.
Pelaku pasar kini menunggu kepastian dari kabar yang beredar ini. Jika memang benar NDRC akan melakukan relaksasi impor, maka kebijakan ini akan membuat harga batu bara terkerek naik (bullish factor).
Faktor lain yang juga membuat harga batu bara cukup terkerek adalah permintaan untuk pembangkit listrik di Bangladesh yang tergolong tinggi. Mengutip Argus Media, kenaikan kebutuhan listrik terutama di Payra Power Plant membuat konsumsi batu bara naik.
Pembangkit listrik ini telah menghasilkan 1,2 TWh listrik sejak bulan Februari atau setara dengan 372.000 ton batu bara dengan nilai kalori 5.700 kcal/kg. Selama ini Payra Power mengimpor batu bara asal Indonesia.
Namun harga batu bara bahkan sudah berbalik arah sebelum menyentuh level tertingginya di bulan Juli di US$ 56/ton. Pelaku pasar masih mencermati perkembangan terbaru seputar pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Wabah yang semakin merebak membuat prospek perekonomian menjadi kian suram. Harga komoditas sangat sensitif terhadap kinerja perekonomian. Ketika ekonomi global melambat atau menurun, maka harga komoditas termasuk batu bara pun akan ikut tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA