CNN Indonesia | Jumat, 06/11/2020 16:46 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA memprediksi penggunaan batu bara akan terus menyusut hingga tak terpakai lagi dalam 20 hingga 30 tahun ke depan. Untuk itu perseroan sudah menyiapkan sejumlah strategi pengembangan usaha dan mulai bertransformasi dari hanya menjual batu bara untuk pembangkit listrik menuju hilirisasi.

“Kami sebut transformasi Bukit Asam menuju beyond coal. Bersama kami tidak hanya menggali, mengangkut dan menjual batu bara, tapi kami olah sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,” ujar Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam video conferece Jumat (6/11).

Nantinya, terang Arviyan, PTBA tak akan lagi menjual batu bara ke daerah lain dengan cara mengangkutnya menggunakan kapal-kapal besar melainkan mengolahnya langsung di dekat lokasi tambang atau menggunakannya untuk bahan bakar pembangkit listrik yang akan dijual ke masyarakat.

Kemudian, PTBA akan melakukan gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan gas sintetis atau syngas. ” Begitu dia jadi gas kita sebut dengan syngas ini kita bisa olah jadi macam-macam,” ucap Arviyan.

Selanjutnya syngas akan diolah menjadi metanol untuk selanjutnya diubah menjadi Dimethyl Ehter (DME). Arviyan menjelaskan bahwa DME dapat menjadi alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari.

“Kalau ini diambil dari batu bara yang jumlahnya sangat banyak, kita bisa kurangi impor. Kemudian kita ubah lagi menjadi metanol, menjadi produk petrochemical. Kalau sudah busa jadi polypropylene bisa lagi menjadi baju, tekstil, pakaian dan benang itu bahannya dari batu bara. Di China itu sudah dari batu bara,” sebutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin memaparkan dalam waktu dekat PTBA juga memulai tranformasi bisnis dengan cara membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Proyek yang kini sudah berjalan dan akan diperluas adalah pembangunan PLTS di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II.

“Kami merencanakan untuk mengembangkan PLTS di seluruh bandara Angkasa Pura II. Kam baru bekerjasama dengan AP II dan saat ini Alhamdulillah telah berhasil mengembangkan dengan skala kecil terlebih dahulu di bandara Soekarno-Hatta. Ini sudah commercial operation date,” ucapnya.

PTBA akan melanjutkan proyek tersebut dan mempersiapkan belanja modal atau capital expediture (capex) khusus. “Kami sedang dibicarakan lebih detail dengan APII karena ada beberapa prioritas prioritas bandara yang akan didahulukan karena APII juga punya visi bagaimana membangun green airport,” terang Fuad.

Selain bandara, PTBA juga akan membangun PLTS di seluruh lahan pasca tambang yang mereka miliki. Proyek pertama akan dimulai di Ombilin, Sumatera Barat.

“Lahan yang kami sediakan itu sampai dengan 200 megawatt dan kami akan mulai kapasitas awalnya 100 megawatt dan kami sudah membicarakan juga dengan PLN dan mudah-mudahan semoga nanti dia di tahun 2023 selambat-lambatnya ini bisa terealisasi,” tandasnya.