NEWS – Khoirul Anam, CNBC Indonesia | 12 October 2022 13:09

Jakarta, CNBC Indonesia – Industri batu bara sampai saat ini masih terus menjadi sorotan di berbagai negara. Di satu sisi, batu bara masih sangat dibutuhkan sebagai sumber energi yang murah dan potensial, di sisi lain batu bara juga mulai disingkirkan secara perlahan diganti dengan energi baru terbarukan (EBT), demi terciptanya dunia yang bersih.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang komit untuk melakukan transisi energi dari energi fosil menjadi EBT. Namun sayangnya, usaha tersebut memang tidak mudah, terlebih batu bara menjadi sumber energi yang dibutuhkan seluruh dunia di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina.

Akibat gejolak tersebut, Indonesia kebanjiran orderan batu bara dari manca negara, khususnya Eropa.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui data One Data Indonesia (MODI) mencatat, sampai pada 22 Juni 2022 ini penjualan batu bara dari Indonesia baik yang dilakukan ekspor maupun penjualan domestik mencapai 175,15 juta ton. Dengan jumlah tersebut, nilai ekspor komoditas batu bara menurut data BPS menyentuh US$ 4,4 miliar per Agustus 2022.

Adapun sampai pada Juni 2022 ini produksi batu bara Indonesia sudah mencapai 283,57 juta ton atau 42,77% dari target produksi batu bara tahun 2022 yang mencapai 633 juta ton.

Seperti diketahui, tujuan ekspor batu bara Indonesia di 2021 ada China 127,7 juta ton, India 97,5 juta ton, Filipina 27,4 juta ton, Jepang 26,9 juta ton, Malaysia 26,1 juta ton, Korea Selatan 24,7 juta ton, Vietnam 17,8 juta ton, dan Taiwan 17 juta ton.

Jika batu bara benar-benar diberhentikan, tentu ini akan menjadi kerugian tersendiri, karena ada potential loss yang disumbangkan dari ekspor batu batu bara. Alhasil ekonomi pun bisa jadi terganggu.

Itu baru dari sisi ekspor. Dari sisi penerimaan negara, sektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) membukukan angka Rp 124,4 triliun di 2021. Nilai tersebut mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sementara hingga September 2022, Kementerian ESDM mencatat PNBP dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) mencapai Rp 130 triliun.

Selain itu, dari tenaga kerja, pertambangan diprediksi menjadi salah satu dari tiga sektor teratas pada tahun 2021, selain infrastruktur dan pariwisata. Perkiraan tersebut dibuktikan dengan data Kementerian ESDM yang menekankan pentingnya peran sektor minerba dalam menciptakan lapangan kerja dengan menyerap lebih dari 250 ribu tenaga kerja hingga Oktober 2021.

Bahkan, Kementerian Perindustrian juga optimis penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan nonmigas dapat memenuhi target 20.84 juta di 2022, atau meningkat 11.8% dibandingkan 2021.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro pun sempat menegaskan bahwa industri batu bara punya peran besar terhadap terciptanya lapangan pekerjaan baik di dalam maupun luar negeri.

Artinya, jika dukungan terhadap industri ini benar-benar dihilangkan 100%, maka dapat mempengaruhi roda ekonomi ke depan.

“Perannya cukup besar dan semakin meningkat. Ini yang perlu dicarikan solusi jika pemerintah dan/atau dunia akan menghentikan pemanfaatan batubara,” ungkap dia kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, pembangkit listrik berbahan batu bara masih mendominasi. Pembangkit berbasis fosil saat ini masih berperan penting sebagai penopang produksi listrik, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Jika pemerintah mempercepat pensiun dini PLTU berbasis batu bara, otomatis akan menciptakan gelombang PHK yang besar.

Lalu apa yang perlu dilakukan? Tentu perlu adanya sebuah alternatif yang harus dilakukan untuk mengurangi polusi dan memperbaiki kondisi bumi. Contohnya menanam pohon yang tidak asal-asalan.

Ada berbagai pohon yang benar-benar bisa mengatasi polusi, yakni pohon bambu. Pohon ini diketahui bisa meredam panas bumi, menyuburkan tanah, menjernihkan air, penghasil oksigen yang baik, mengatasi longsor, dan mengatasi banjir.

Selain itu, fokus lain bisa dilakukan tidak hanya terfokus pada industri batu bara saja, tetapi juga bisa dilakukan ke industri lainnya seperti tekstil, bahan bangunan dan lain-lain.

(rah/rah)