MARKET – Romys Binekasri, CNBC Indonesia | 07 July 2023 14:16

Jakarta, CNBC Indonesia – Proses transisi energi membutuhkan waktu dan keterlibatan semua stakeholder. Untuk menuju optimalisasi pemanfaatan energi baru terbarukan secara optimal, pada fase transisi energi, peran gas bumi menjadi sangat strategis. Apalagi Indonesia memiliki cadangan yang masih sangat besar di sejumlah wilayah kerja migas, baik yang sudah maupun belum di eksplorasi dan berproduksi.

“Kita masih punya cadangan di Masela, IDD (Indonesia Deep Water), Natuna dan juga yang sudah berproduksi seperti Tangguh yang sudah masuk train III. Gas bumi akan menjadi bagian penting pada fase transisi energi menuju energi baru terbarukan. Transisi energi juga tidak bisa cepat karena kita adalah negara berkembang,” kata Purnomo dalam diskusi energi dan bedah buku Public Interest in Energy Sector yang ditulis Arcandra Tahar Ph.D, Wamen ESDM periode 2016-2019 di Jakarta, Rabu (5/7).

Arcandra Tahar juga memiliki pandangan yang sama. Dalam bukunya ia mengatakan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun ke depan merupakan masa transisi yang sangat penting untuk dipersiapkan.

“Gas bumi sebagai energi bersih yang ramah lingkungan dan cadangannya di dalam negeri masih cukup besar akan menjadi komoditas penting pada fase transisi tersebut. Harganya juga cukup kompetitif dibandingkan dengan energi fosil lainnya,” jelas Arcandra.

Sementara itu Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam sambutannya pada acara itu juga menekankan pentingnya pemanfaatan energi di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pemerintah, kata dia, saat ini terus menggalakkan eksplorasi dan eksploitasi wilayah kerja migas untuk meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi.

“Kita masih punya potensi besar kalau dilihat dari 2,4 billion barel yang masih bisa kita bor, masih ada 45 TCF dan di luar itu ada banyak daerah yang sekarang secara intens melakukan eksplorasi,” ujar Arifin

Direktur Utama PLN Darmawan Prasojo menjelaskan bahwa saat ini 60% sumber energi listrik PLN berasal dari PLTU yang menggunakan batubara. Namun, PLN juga terus meningkatkan penggunaan sumber energi baru terbarukan yang harganya per KWh juga semakin menurun.

“Dulu dalam beberapa kali lelang harga listrik dari angin yang sebelumnya mencapai USD 12,5 cent per KWh, saat ini sudah sekitar USD 5,5 cent per KWh. Begitu juga dengan sumber energi dari sinar matahari (solar) dalam lelang terakhir sudah di harga USD 4,5 cent per KWh,” jelas Darmawan.

Arcandra menekankan pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Apalagi pemerintah telah memiliki target yang jelas untuk bisa mencapai net zero emission di tahun 2060 nanti.

“Malam ini semua stakeholder energi hadir dan ini sangat positif. Seperti juga PLN dan PGN yang telah lama membangun kerjasama untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi bagi kebutuhan sektor kelistrikan. Ke depan kolaborasi seperti ini harus terus diperkuat, satu sama lain saling membutuhkan, sehingga kebutuhan energi nasional dapat dipenuhi dengan biaya yang lebih efisien dan energi yang ramah lingkungan,” tutup Arcandra.

(rob/ayh)
Sumber: CNBC Indonesia