RESEARCH – mae, CNBC Indonesia | 29 March 2024 07:30

Jakarta, CNBC Indonesia– Harga batu bara masih melaju kencang dengan mencatatkan kenaikan selama empat hari perdagangan berturut-turut. Kenaikan ditopang kekhawatiran berkurangnya pasokan akibat runtuhnya jembatan di Baltimore di Amerika Serikat (AS).

Menurut data dari Refinitiv pada perdagangan Kamis (28/3/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak April ditutup di level US$ 132 per ton,naik 0,69%.

Kenaikan tersebut memperpanjang rally harga batu bara dengan menguat selama empat hari beruntun dengan penguatan mencapai 6,02%.

Kenaikan harga batu bara utamanya ditopang oleh kekhawatiran berkurangnya pasokan dari AS setelah runtuhnya jembatan di Pelabuhan Baltimore, Amerika Serikat (AS).

Seperti diketahui, jembatan Francis Scott Key, Baltimore, runtuh pada Selasa (26/3/2024) akibat ditabrak kapal kargo raksasa. Runtuhnya jembatan dikhawatirkan akan mengganggu pengiriman batu bara dari AS yang merupakan salah satu eksportir terbesar di dunia.

MelansirReuters,sejumlah perusahaan batu bara mengatakan pengiriman terganggu di mana ada potensi penundaan.

Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan Pelabuhan Baltimore merupakan hub ekspor batu bara terbesar kedua di AS dengan kontribusi mencapai 28%. Mereka hanya kalah dari pelabuhan Norfolk, Virgina, atau Hampton Roads.

Ekspor batu bara AS dari BaltimoreFoto: EIA
Ekspor batu bara AS dari Baltimore

Rata-rata ekspor batu bara dari Baltimore mencapai 20 juta short ton (18,14 juta ton) per tahun pada periode 2021-2023. Ekspor pada 2023 bahkan menembus 28 juta short ton atau 25,4 juta ton.

Beberapa perusahaan raksasa berlokasi di Baltimore. Salah satunya adalah CSX. Perusahaan ini memiliki dermaga batu bara Curtis Bay di Baltimore, yang terletak di dekat lokasi Jembatan Francis Scott Key.

Hal sama juga dikatakan produsen batu bara CONSOL Energy. Perusahaan juga memiliki terminal ekspor laut di Pelabuhan Baltimore, mengatakan akses kapal keluar masuk terminalnya juga tertunda.

Sementara ituBusiness Standardmenyebut runtuhnya jembatan di Baltimore kemungkinan besar akan menutup ekspor batu bara di pelabuhan tersebut selama enam minggu. Ini setidaknya dikatakan KepalaEksekutif Xcoal Energy & Resources LLC,Ernie Thrasher.

“Anda akan melihat beberapa pengalihan ke pelabuhan lain, tetapi pelabuhan lain cukup sibuk,” kata Thrasher.

“Ada batasan berapa banyak yang dapat Anda alihkan,” jelasnya.

Meski begitu, Thrasher mengatakan insiden ini mungkin hanya akan berdampak kecil pada harga global. Tapi India mungkin akan paling terkena dampak karena rata-rata bati bara yang keluar untuk pembangkit listrik.

“Beberapa gangguan atau kekacauan dari sudut pandang rantai pasokan akan terjadi,” kata Thrasher.

“Tetapi pertanyaan besarnya adalah dampaknya terhadap India lebih besar daripada dampak global,” jelasnya.

Di sisi lain, catatan Energy Aspects, menyakini lalu lintas laut di Baltimore akan terganggu paling lama dua atau tiga minggu. Beberapa pengiriman batu bara mungkin akan dialihkan sementara ke pelabuhan-pelabuhan lain seperti Norfolk, Virginia.

CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesi.com

(mae/mae)